Thursday, April 30, 2009

Apa ada Hubungan antara depresi dan risiko kematian mendadak akibat jantung pada wanita?

Apa ada Hubungan antara depresi dan risiko kematian mendadak akibat jantung pada wanita?

Studi prospektif pada wanita tanpa awal PJK ini, menunjukkan bahwa simtom depresi berhubungan dengan risiko lebih tinggi terhadap kejadian jantung.

Depresi telah diidentifikasi sebagai faktor risiko yang mungkin untuk prognosis yang buruk dan mengurangi survival setelah infark miokard, dan beberapa studi menduga bahwa diagnosis yang buruk ini dapat disebabkan oleh mekanisme aritmia. Ketidaknormalan dalam variabilitas detak jantung, kadar marka biologis inflamasi, aktivasi platelet kadr asam lemak omega-3, dan kadar plasma norepinephrine telah diidentifikasi sebagai mediator potensial untuk prognosis yang buruk ini. walaupun depresi nampaknya menjadi marka meningkatnya risiko setelah infark miokard, namun hingga kini belum jelas apakah depresi dapat dianggap sebagai faktor risiko yang bebas atau pengobatan mana yang menurunkan risiko ini. penelitian klinis besar yang dilakukan secara random dan dikenal dengan nama ENRICHD (Enhancing Recovery in Coronary heart Disease Patients), tidak menunjukkan perbaikan pada angka kematian dan kekambuhan infark miokard diantara pasien yang diobati dengan terapi sifat kognitif dan obat golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).

Hubungan antara depresi dan insidensi penyakit jantung koroner (PJK) bahkan kurang pasti dengan sedikit studi pengamatan yang melaporkan adanya hubungan yang positif dan tak ada pengobatan klinis yang dilakukan secara random. Juga tak ada studi besar penilaian prospektif depresi dan risiko kematian mendadak akibat jantung diantara individu tanpa adanya PJK.

The Nurse's Health Study yang dilakukan oleh Whang dkk ini merupakan kesempatan baik untuk menganalisis hubungan prospektif antara depresi dan risiko kematian mendadak akibat jantung dan kejadian jantung yang lain, sementara pengontrolan untuk pembaruan faktor risiko PJK tradisional dan non tradisional, dalam kohort besar tanpa PJK awal.

Whang dan kawan-kawan melakukan studi simtom depresi dan variabel proksi untuk depresi klinis yang terdiri dari parahnya simtom dan pengguanaan obat anti depresi dan hubungannya dengan kejadian jantung pada kuesioner the Nurses's Health Study pada tahun 1992, 1996 dan 2000.

hasilnya, diantara 63.469 wanita tanpa PJK atau stroke sebelumnya pada tahun 1992, 7.9% mempunyai skor MHI-50.53, sebelumnya ditemukan untuk meramalkan depresi klinis. Simtom depresi brhubungan dengan kejadian PJK dan hubungannya terlihat kuat untuk PJK fatal, dimana hubungannya tetap bermakna bahkan setelah dikontrol untuk fakto risiko PJK hazard ratio [HR]: 1.49;95% confidence interval [CI]: 1.11 hingga 2.00 untuk skor MHI-50.53. Pada model dari tahun 1996 hingga seterusnya, variabel proksi untuk depresi klinis tidak berhubungan dengan kematian mendadak akibat jantung dalam model multivariabel (HR: 2.33, 95% CI: 1.47 hingga 3.70), dan risiko ini benar disebabkan oleh hubungan yang spesifik antara penggunaan anti depresan dan kematian mendadak akibat jantung (HR: 3.34,95% CI: 2.03 hingga 5.50).

Dalam studi prospektif diantara wanita tanpa PJK saat awal diketahui, simtom depresi secara langsung berhubungna dengan risiko kejadian PJK CHD pada usia yang telah disesuaikan dan model multivariabel mengecualikan perantara biologik yang potensial. Simtom trlihat sangat kuat nerhubungan dengan kejadian PJK fatal, dimana hubungan tersebut tetap bermakna bahkan setelah dikontrol untuk seluruh faktor risiko PJK. Faktor risiko PJK ini dapat bekerja sebagai perantara biologik dalam hubungannya antara simtom depresi dengan kejadian jantungan dan memberikan hubungan yang kuat dengan depresi pada studi ini dan studi sebelumnya.

Whang dan kawan-kawan mnyimpulkan bahwa studi prospektif pada wanita tanpa awal PJK ini, menunjukkan bahwa simtom depresi berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi pada kejadian jantung dan bagian dari hubungan tadi paling sedikit nampak dapat dijelaskan dengan perbedaan faktor risikom koroner, yang mungkin bekerja sebagai penyebab perantara dalam risiko yang di ubah oleh depresi. JACC 2009; 53: 950-8)